Selasa, 24 Desember 2013

Kesempatan?

       Ini bukan permainan monopoli, yang jika menginjak kotak kesempatan, kita bisa memilih kesempatan apapun yang tersedia. Oh, bukan. Ini bukan permainan. Ini kenyataan.

      "Banyak hal baik mampu terlupakan karena satu hal buruk yang fatal". Iya, semua hal baik yang pernah ada dengan mudahnya terlupakan, terhapuskan, dan tidak lagi diperhitungkan sebab satu kesalahan fatal. Tidak mudah memang, sebab ini bukan permainan yang seenaknya diakhiri dan "semaunaji" (bahasanya anak gaul sekarang) bilang begini dan begitu.

      Enam belas kemarin seharusnya menjadi sesuatu yang berkesan. Sesuatu yang sesuatu. Apalah. Tapi, seharusya tinggallah seharusnya. Enam belas itu tidak lagi genap menjadi Empat, karena kebodohan yang telah kuperbuat sendiri, sesuatu yang tidak pernah kufikir panjang lebar hingga akhirnya penyesalan terdalam yang teramat sangat terasakan. Oh, luar biasa rasanya, asam, kecut, pahit, dan tidak ada manisnya. Kalau waktu bisa diulang, salah satu hal yang akan kulakukan: tidak akan melakukan kesalahan bodoh itu.

     "Memangnya segampang itu?" kemudian kata-kata ini terngiang-ngiang sampai sekarang, kata-kata kedua terakhir setelah kata "terserah" yang dilontarkannya setelah semuanya pecah. Iya, seperti kaca yang pecah. Bisa kau kembalikan seperti semula yang utuh? Tidaklah! Bodohkan? Iya!

     Penyesalan yang tertuang ini, tidak mampu mewakili penyesalan yang tersimpan seutuhnya. Jika dianalogikan, ini hanya setetes air di gelas yang seharusnya terisi penuh. Bukan lebay, tapi memang ini adanya.

Seandainya, Aku bersikap dewasa, Aku tidak akan bodoh.
Seandainya, Aku tidak bodoh, semua tidak akan seperti ini.
Seandainya, semua tidak seperti ini, Enam Belas itu masih ada.
Seandainya, Enam Belas itu masih ada, kita masih bisa merasakan Empat.
Seandainya, kita masih bisa merasakan Empat, kita bisa tersenyum bahagia sama-sama.

Kalau kata seandainya memang tidak dapat mengembalikan semua, bagaimana dengan kesempatan kedua?
Apa tidak lagi ada kesempatan untuk memperbaikinya? Satu kalipun?

"Haruskah kita berakhir cukup sampai di sini
Meski hati berkata tak mampu
Tak ingin terlambat menyudahi keadaan ini
Mungkin ini jalan kita"
Lyla - Dan Lagi
"Ku tahu semua tak kan kembali
Desember yang biru
Layaknya hatiku saat ini"
Ten2five - Desember

"Mau dikatakan apa lagi
Kita tak akan pernah satu
Engkau di sana, aku di sini
Mesti hatiku memilihmu"
Raisa - ****** Terindah
"Mungkin kau hanya menyesal saat kau pergi
Tapi ku terlanjur berkata
...
...
Ku minta kau kembalilah di hatiku
kembalilah
Tak dapat kuartikan penyesalan untuk yang terdalam
Hanya untuk dirimu
Semua terucap di saat ku gundah"
Geisha - Penyesalan Terdalam

"Aku mengerti betapa sulit untuk kembali 
Dan mempercayai penipu ini sekali lagi
...
aku wanita Yang seharusnya lebih perasa
Tapi malah aku mencabik Lukai kau yang baik
Dan buat hatimu sakit 
Meski malu untuk akui 
Aku mau.. Kau kembali 
...
Baru ku sadari setelah berlayar pergi
Raisa - Pemeran Utama
aku wanita Yang seharusnya lebih perasa Tapi malah aku mencabik Lukai kau yang baik Dan buat hatimu sakit Meski malu untuk akui Aku mau.. Kau kembali

dari: http://iniliriklagunya.blogspot.com/2013/10/lirik-lagu-raisa-pemeran-utama.html
salam kenal ya :)aku wanita Yang seharusnya lebih perasa Tapi malah aku mencabik Lukai kau yang baik Dan buat hatimu sakit Meski malu untuk akui Aku mau.. Kau kembali

dari: http://iniliriklagunya.blogspot.com/2013/10/lirik-lagu-raisa-pemeran-utama.html
salam kenal ya :

161216

Di penghujung 161216