Rabu, 05 September 2012

Pejalan Kaki Tangguh

Ada apa (lagi) dengan hari ini?
Ada apa? Ada apa?
Setelah pulang Placement test saya agak...bahkan sangat-sangat khawatir mau pulang dengan siapa dan naik apa.
Tiga teman saya yang biasa saya tebengi dan temani pulang, semuanya masih ada proses tambahan ospek di fakultasnya. Dan ketiga-tiganya satu fakultas.
Saya sms mereka satu-satu tapi katanya mereka masih lama pulang. Fikir-fikir dan fikir-fikir, sy juga sudah lama menunggu, waktu menunggu pun sudah saya pakai dengan mengisi perut yang keroncongan dengan semangkuk bakso. Tapi. Masih juga lama.
OK! Ini saat-nya saya mengadu ke orang tua....
Malaikat di kanan sayapun berbisik "sudah jadi Mahasiswa loh kamu, ingat MA-HAsiswa"
Ah, bisikan itu tidak saya hiraukan.
Sampai saya pun mengadu-kan nasib saya ke ibu saya, sms pun dikirim..
"Tidak tau ka pulang naik apa keperempatan. Tidak ada temanku"
Perempatan yang saya maksut itu perempatan di ujung jalan kampus. Karena sy baru belajar dan taunya kalau naik angkot dari tempat itu.
 
Jeng jeng sms pun dibalas
"Jalan kaki saja. Dari pada cuek saja begitu"
HAPPAAAAA? Ibu saya serius? serius? atau pas baca dan balas sms lagi mimpi.
Jarak dari tempat saya sekarang ke perempatan itu kira-kira 2 km. DUA KILOMETER loh!! Kira-kira sih. Tapi serius ini sangat-sangat jauh. Saya kuat sih jalan kuat kok kuat. Tapi panasnya itu loh. Ini saya harus jalan di bawah matahari jam 11 siang!!
Satu pengaruh juga kenapa nasib saya sebegini mirisnya: karena saya masih kuper untuk mencari teman. Terutama teman pulang. Masih bergantung sama ketiga teman saya yang juga teman se-SMA dulu.
Lama berfikir plus lama menunggu saya pun menerima saran dari ibu. Yap! berjalan kaki dari pintu keluar Islamic State University sampai perempatan ujung jalan yang jauhnya DUA KILOMETER (wajib diperbesar).
Oke, mari siapkan tenaga, terutama tenaga betis, dan satu lagi MENTAL untuk menahan malu kalau-kalau ada yang liat saya berjalan dijalanan yang seharusnya bukan dipakai untuk pejalan kaki. Apa lagi sy berjalan sendiri. 

Dengan kaos kaki putih dan sepatu yang baru saja sy resmikan pagi ini, saya memulai perjalanan.
Satu lagi alat pendukung perjalanan saya: Map kertas yang saya pegang untuk pelindung muka dari sengatan matahari sekaligus..pelindung rasa malu. Aduuuh.

Ditengah perjalan ibu saya telefon, mungkin kah dia akan memberikan kabar baik, dengan mengirimi saya helikopter supaya tidak lelah berjalan?
"Jadi pulang naik apa?"
"Jalan kaki"
"Iya, begitumi saja, nanti kalau ada rejeki dibelikan motor"
kata-kata nya yang terakhir itu tidak mau sy sambung lagi
"Oiya sudah mi dulu sudah mi"
tututut telefon mati. Alias sy yang matikan.
Biar jalan kakinya tetap fokus (bukan alasan logis).
Oya! Ibu saya barusan ngomong apa? Mau belikan motor kalau sudah ada rejeki (ketawa tipis) (pasang muka merah, malu-malu sendiri) Padahal dulu saya orang yg paling susah dikasih kepercayaan untuk pakai motor.
Berdoa dipinggir jalan: Ya Allah. Rejeki-Mu jangan lama-lama, ya Allah.
Jalanan yang saya sebut padang pasir
Bisa dibayangkan jauh dan panasnya jalanan ini
Untunglah ada beberapa tempat untuk berteduh
Kendaraan yang paling banyak berlalu lalang


Setelah menyusuri jalan lurus berdebu dan banyak truk-truk yang berlalu lalang, yang kadang buat saya waspada ketika melewati jalan ini. Sayapun sampai di tempat yang sejak setengah jam lalu seharusnya saya sudah sampai di tempat ini (kalau naik kendaraan).
Wah, dari kejauhan tempat itu, bersinar-sinar. Tempat yang memang saya rindukan setelah menempuh jalan yang sangat panjang..

Betis saya, oh, betis saya.
Kaos kaki dan sepatu saya.
Oh, kenapa kaos kaki saya yang putih berubah jadi coklat? dan sepatu saya yang hitam jadi putih kehitam-hitaman? Oh kasihan. Ini lah  nasib berjalan di jalan yang layaknya padang pasir.

Akan kah perjuangan jalan kaki saya berhenti di perempatan itu?
Oh tidak, ternyata oh ternyata saya masih harus berjalan kaki lagi masuk kompleks, entahlah jaraknya sudah tidak bisa saya perkirakan.
Ini juga saya baru sadar setelah disms sama ibu: "Nanti naik bentor saja dari BTN ke rumah"
Oh Ibu biarkan lah saya untuk tidak berjalan kaki setengah-setengah selagi saya mampu saya akan terus mencoba untuk berjalan kaki. Miris.
Jalanan kompleks yang TERNYATA masih harus saya JALANI

Kemudian, rumah pun menjadi tempat kedua yang memancarkan sinar-sinar dari kejauhan. Tempat pertama yang sangat saya rindukan sebelum dan sesudah berjalan kaki.
Tiba dirumah, cek betis lagi.
Apakah betis saya sudah meletus? Oh, masih utuh.
Apakah kaos kaki dan sepatu saya tidak berlubang? Oh, ternyata tidak.

Ayo ayo! Cari perbedaannya-_-
Tampak setelah baru saja diresmikan
Tampak setelah dipakai berjalan kaki

Dan ini lah kata sambutan dari ibu saya pas tiba di rumah
"Begitu lah nak yang namanya perjuangan"

"Iya, Bu. Ini lah awal dari perjuangan saya, dan saya tidak akan terus berhenti, Berjuang"
:')

Dan dengan ini saya nobatkan diri saya sendiri, sebagai -Pejalan Kaki Tangguh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

161216

Di penghujung 161216