Minggu, 16 Februari 2014

Seharusnya...



Selamat tanggal 16!

(Tulisan ini seharusnya saya tulis dua bulan lalu. Iya tepat dua bulan yang lalu dari sekarang)
Tapi, rasa takut saya lebih besar dibandingkan kemauan saya untuk menuliskan ini. Takut kalau ada yang baca dan salah paham kemudian mengambil kesimpulan sendiri. Takut kalau kau membacanya dan kemudian lebih marah kepada saya. Dan takut dengan semua hal buruk yang mungkin terjadi. Namun, kali ini rasa inginku lebih besar daripada rasa takut, walaupun rasa takut itu beda sedikit dengan kemauanku. Saya lagi ingin, karena entah, ini mungkin tempat yang tepat untuk melampiaskannya, kasarnya begitu. Entahlah, ada kepuasan sendiri setelah ngeblog. Setelah melampiaskan semua kata-kata yang ingin dikatakan. Entah itu kepuasan apa, tapi bukan kepuasan karena orang lain membaca ini dan menjadi tahu atau menerka-nerka maksud dari ini semua. Bukan! Menuliskan kata-kata diblog memiliki kepuasan tersendiri yang tidak dapat ditafsirkan dengan kata-kata itu sendiri.
***
Sekali lagi, selamat tanggal 16 (seharusnya). Iya, ada kata seharusnya, di belakang ucapan selamat itu. Karena tepat dua bulan lalu seharusnya kita sudah empat tahun. Seharusnya. Kita sama-sama bukan tipekel yang merayakan anniversary-an. Iya paling hanya berbagi ucapan selamat, sebagai apresiasi kalau kita sudah melangkah jauh. Iya, begitulah tiga tahun terakhir yang kita lakukan. Tapi, tepat di tanggal 16 tahun ke empat, kenapa kita tidak saling berbagi ucapan selamat itu? Karena tidak ada lagi yang perlu diapresiasi. Jawaban yang simpel. Apa yang perlu diapresiasi? Hubungan yang sudah melangkah jauh? Tidak, hubungan ini sudah terhenti jauh di belakang. Iya tidak ada lagi yang perlu diapresiasi.
Maaf, setidaknya jika saya tidak bodoh, kita masih bisa saling berbagi ucapan itu sekali lagi, di tahun keempat ini, kemudian di tahun kelima, kemudian di tahun keenam, kemudian berlanjut seterusnya, seperti komitmen yang pernah kita pegang sama-sama. Tapi, tidak lagi, mungkin dan bahkan memang ucapan selamat itu tidak akan lagi terdengar. Satu kalipun. Jika kau tidak mau.
Iya, seperti ucapan selamat di setiap tanggal 16 setiap tahunnya yang tidak akan lagi ada, begitupun dengan makan di hampir semua tempat yang kau sukai, semua tempat makan enak yang kita kunjungi adalah pilihanmu, dan karena kau banyak tahu tentang tempat makan enak di sini, jadi tidak salah setiap memutuskan untuk makan dimana saya selalu bilang “terserah” karena semua pilihanmu selalu bagus dan selalu saya sukai. Begitupun dengan menonton film barat yang kau sukai, saya bukan penggemar film barat, apalagi film action, tapi semenjak kau sering mengajak untuk menonton, saya jadi banyak tahu tentang film barat yang keren-keren. Dan soal menonton film, kau adalah orang yang egois, kau selalu minta untuk ditemani nonton film kesukaanmu, tapi giliran saya yang meminta untuk menonton film kesukaanku kau sering menolak dan bilang “coba ajak teman-teman yang lain saja”. Hahaha tapi tidak jadi masalah. Sekarang, itu semua tidak akan lagi ada. SEMUA. Ti-dak a-kan la-gi a-da karena ke—bo—do—han—ku.
Kini, saya hanya bisa berharap, semua kembali seperti dulu dan tidak mengulangi apa yang seharusnya tidak perlu saya ulangi. Kalaupun semuanya bisa kembali seperti dulu. Mung—kin semua akan terulang dari nol dan semuanya bisa kembali jika diawali olehmu. Jika kau mau.

Selamat tanggal 16 di tahun yang ke empat (seharusnya).



"Kalau makan coto enaknya di warung, bukan di restoran"

"selain duriannya enak, di sini juga murah"

"selain karena kuahnya dituang sendiri, bakso gorengnya juga yang bikin enak"

no caption


Maaf untuk semuanya dan maaf juga untuk tulisan ini, jika kau membacanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

161216

Di penghujung 161216